Terkait dengan layanan kepada mahasiswa, sekarang ini UM sedang bersih-bersih mahasiswa yang sudah lewat semester ke-14. Ternyata masih cukup banyak yakni sekitar 1900-an orang mahasiswa dari berbagai prodi. Hasil analisis, ternyata sebagain besar penyebabnya yakni kegagalan mahasiswa dalam berkomunikasi dengan dosen pembimbing.

Demikian ditegaskan oleh Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D., Ketua LP3 (Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran) Universitas Negeri Malang (UM) saat membuka Pelatihan Konseling, Kamis (22 Oktober 2020). Pelatihan Konseling tersebut berlangsung online dengan narasumber Prof. Dr. Andi Mappiare  AT., M.Pd, Guru Besar Jurusan Bimbingan dan Konseling UM.

“Kasus yang lain lagi, ada sekitar 190-an mahasiswa melakukan registrasi, membayar Uang Kuliah Tunggal atau UKT, tetapi mereka tidak  mengikuti perkuliahan. Ada apa ini? Di balik itu tentu ada persoalan. Karena itu dosen konselor diharapkan bisa membantu para mahasiswa dalam mengatasi masalahnya,” tutur Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D.

Narasumber Prof. Andi Mappiare selama ini mengembangkan model konseling KIPAS, yang merupakan pengembangan konseling khas Indonesia yang selaras dengan budaya Nusantara. Model Konseling KIPAS ini adalah murni inovasi dari Prof. Dr. Andi Mappiare  AT., M.Pd, yang mendapat apresiasi tinggi dari Ketua LP3 UM Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D.

“Saya merasa bahagia, bahwa yang dilatihkan adalah hasil pengembangan Prof. Andi Mappiare. Ini suatu model yang dihasilkan dari riset yang panjang. Model-model hasil pengembangan harus disosialisasikan, sehingga banyak yang mengenal dan banyak yang memanfaatkan. Model-model hasil pengembangan bisa dimasukkan di rumah inovasi. Rumah inovasi merupakan ruang virtual, yang mewadahi hasil-hasil inovasi yang dikelola oleh LP3 UM. Melalui rumah inovasi maka karya inovasi Civitas Universitas Negeri Malang bisa disosialisasikan, bisa diakses sehingga memberi manfaat bagi masyarakat yang lebih luas,” tambah Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D.

Pelatihan Konseling online ini diselenggarakan oleh P2BK3A (Pusat Pengembangan Bimbingan Konseling Karier dan Kompetensi Akademik) LP3 Universitas Negeri Malang. Menurut Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd Kepala P2BK3A LP3 UM, Pelatihaan diikuti oleh para Dosen Konselor P2BK3A UM, anggota Peer Counseling Corner, dan para kolega dosen konselor dari beberapa perguruan Tinggi di Indonesia.

“Pelatihan konseling model KIPAS merupakan implementasi program pengembangan profesionalitas Dosen Konselor P2BK3A. Sebagai Dosen Konselor dituntut terus mengembangkan profesionalitasnya, sehingga bisa memberikan layanan secara prima,” kata Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd.

Dalam pelatihan konseling tersebut, Prof. Dr. Andi Mappiare  AT., M.Pd menegaskan bahwa model konseling yang kita pakai di sekolah selama ini adalah konseling produk Barat. Hasilnya selama ini kurang memuaskan, karena terjadi adanya kesenjangan budaya. Karena itulah Prof. Dr. Andi Mappiare  AT., M.Pd kemudian menyodorkan alternatif konseling model KIPAS yang sesuai dengan sosial budaya di Indonesia.

Ciri pribadi konseli atau siswa Indonesia adalah berbeda dengan ciri pribadi siswa di negara-negara Barat. Pada intinya, konseli Indonesia ingin diperlakukan secara bebas dan aman. Konseli tidak ingin terlampau dihakimi atau disalah-salahkan. Konseli Indonesia selayaknya tidak diposisikan sebagai “orang sakit”, bahkan tidak diposisikan sebagai “bermasalah”.

“Intinya para siswa, senegatif apapun perilakunya, tidak menyukai label-label yang menghinakan, mempermalukan atau merendahkan diri mereka dari Konselor atau Guru BK,” tambah Prof. Dr. Andi Mappiare AT., M.Pd.

Karena itulah Konselor KIPAS mengutamakan informasi positif atau hal-hal positif mengenai konseli atau klien, mendasarkan diri pada data positif konseli, dan menghindari mengungkap aib klien. Jadi konselor lebih fokus pada harapan kebaikan, kelebihan atau hal-hal positif pada klien. (Zen)